Siapa
yang tidak tersentuh saat mendengar lagu Ebiet G. Ade berbicara tentang
kerusakan dan bencana alam. Siapa yang tidak bersemangat ketika Ully Sigar
Rusadi mengajak kita mencintai alam dengan bait-bait lagu alamnya. Siapa yang
tidak tersentuh ketika penyair membacakan puisinya tentang kerontangnya alam.
Siapa yang tidak terhenyak ketika para cerpenis menuturkan cerita sastra dengan
tema telah habisnya hutan kita. Dan siapa tidak terkaget-kaget ketika essay
yang ditulis mengungkapkan fakta-fakta kerusakan alam karena kerakusan
segelintir orang?
Ternyata
memang banyak cara membangun karakter cinta bumi pada siswa di sekolah. Tentunya
hal itu dilakukan sesuai dengan latar belakang seorang guru yang bertugas
membimbing siswa untuk mencintai alam. Ada yang melakukan dengan gerakan
menanam sejuta pohon, memanfaatkan dan mendaur ulang bahan bekas, produksi
barang yang ramah lingkungan, dan beragam pembuatan kebijakan untuk membuat
siswa memiliki karakter cinta bumi.
Ada
cara lain yang kelihatan sederhana namun juga memiliki kekuatan untuk membuat
siswa cinta akan bumi ini yang telah semakin mengkerut dan menciut ini. Cara
tersebut adalah dengan mengolah kata-kata melalui karya tulis berupa syair
lagu, puisi, cerita pendek, dan essay bertema lingkungan.
Seperti
sebuah peribahasa bijak mengatakan bahwa
“ujung pena lebih tajam dari ujung pedang”. Melalui pengolahan kata
dengan pilihan kata-kata yang kuat dan cara yang tepat maka kesadaran akan
cinta bumi akan akan lebih menyentuh hati siswa. Sekolah perlu memfasilitasi
kreativitas siswa dalam dunia mengolah kata ini. Saat ini banyak media yang
mengakomodir siswa menyalurkan hasil kreativitasnya dalam dunia mengolah kata
ini. Syair lagu dengan tema bumi, puisi bertema lingkungan, cerpen bersetting alam,
essay yang berisi upaya pemeliharaan lingkungan menjadi alternatif untuk
mendalami karakter cinta bumi. Saat ini
telah banyak penyaluran karya-karya tersebut untuk dipublikasi secara luas dan
tentunya berefek terhadap penyadaran diri untuk mencintai bumi ini.
Seorang
guru perlu membangun kemampuan mengolah kata siswanya agar setiap kata-kata
yang dirangkai menghasilkan kekuatan bagi pembaca untuk sadar akan kecintaannya
pada lingkungan. Saat ini penulis sedang melakukan itu melalui kegiatan ekstrakurikuler
menulis. Penulis mengajak siswa menulis dan merangkai kata lewat beragam genre
tulisan dengan menyisipkan pesan-pesan untuk mencintai bumi. Beberapa karya
siswa telah terpublikasi dan secara bertahap mulai diikuti oleh siswa-siswa
lain untuk menuliskan dengan tema dan
pesan mencintai bumi dalam karyanya.
Walau
sebatas kata bukan berarti kekuatan kata yang dimunculkan tidak pernah memiliki
kemampuan untuk mengubah banyak hal. Sejarah telah mencatat bahwa banyak
kekuatan kata telah mengubah masyarakat. Maka ketika melalui perbuatan kita
tidak mampu lagi untuk mengubah sesuatu, maka janganlah pernah lelah untuk
mengubah sesuatu dengan kata-kata dalam tulisan. Dengan sebatas kata, kita bisa
mengubah dunia.
Tidak ada komentar