Kelas pelangi hanya
merupakan istilah untuk menyebut sebagai kelas yang mampu menghimpun beragam perbedaan
peserta didik. Sebuah kelas seharusnya memberikan kenyamanan bagi peserta didik
yang hadir di dalamnya. Kenyamanan peserta didik menghirup aroma keilmuan dan
setiap unsur yang menjadi penghias kelas. Prinsip equality/persamaan harus dijunjung tinggi. Kelas merupakan hak
penuh peserta didik sedangkan guru berkewajiban menyajikan hidangan pilihan
menu yang menyenangkan. Perlakuan diskriminasi harus dihindarkan sejauh
mungkin. Nuansa kebhinnekaan dikedepankan dengan mengakomodir beragam perbedaan
gender, suku, agama, dan latar belakang sosial lainnya.
Setiap
tindakan pendidikan termasuk dalam lingkungan keluarga untuk perkembangan
kepribadian peserta didik secara harmonis dan utuh, memerlukan suatu lingkungan
kependidikan yang diselimuti dengan suasana penuh kebahagiaan, cinta dan
pemahaman serta dalam semangat perdamaian, martabat, toleran, kebebasan,
persamaan dan kesetiakawanan dan didasarkan pada semangat cita-citakan.
Dari hasil pemetaan
tersebut, guru dalam kelas pelangi bisa menentukan strategi untuk memberikan
perlakuan yang tepat pada peserta didik. Walaupun belum mampu melakukan yang
ideal, minimal perlakuan yang diberikan mengakomodir beragam perbedaan
tersebut. Banyak cara bagi seorang guru untuk menghidupkan kelas agar lebih
bernyawa. Salah satu kuncinya adalah mau membaca buku-buku hebat tentang
mengelola kelas yang telah banyak direkomendasikan.
Edgar Morin (2006) dalam
St. Kartono (2009) menganggap bahwa kelas dalam hal ini kelas pelangi harus
menjadi sebuah tempat untuk peserta didik belajar tentang aturan-aturan debat
atau diskusi yang sportif. Sekolah menjadi laboratorium kehidupan demokratis
secara praktis dan konkret. Di sana mesti ditumbuhkan kesadaran akan
kebutuhan-kebutuhan dan prosedur untuk memahami pikiran orang lain, mendengar,
dan menghormati suara minoritas dan suara-suara yang berbeda. Belajar memahami
sesama haruslah menjadi anasir utama dalam belajar demokrasi. Menghargai pihak
lain adalah kata kunci demokrasi.
Dalam kelas pelangi
anak-anak kita boleh ”berkelahi” adu pikiran. Yang bisa dilakukan guru adalah
menggerakkan hati mereka untuk terbuka dan menghormati keberadaan pihak lain.
Kelas pelangi harus mampu melayani diversity
peserta didik. Setiap peserta didik mempunyai hak dan perlakuan yang sama,
tetapi setiap peserta didik juga mendapat perhatian secara pluralis, artinya
yang kurang mampu lebih terperhatikan. Yang tidak kalah pentingnya adalah
membantu peserta didik untuk saling menghargai kekhasan budaya masing-masing,
mempelajari adat berbagai suku, dan menghargai pendapat atau gagasan orang lain
yang berbeda.
Kelas pelangi yang
menghimpun beragam latar belakang sosial dan budaya peserta didik memerlukan
kehadiran seorang guru yang berkemampuan mengelola keragaman tersebut. Guru
berkarakter hadir dengan kemampuan mengkristalkan nilai-nilai karakter bangsa
dalam dirinya melalui proses pembiasaan. Seorang guru yang berkarakter dengan
sikap humanisnya dituntut keahliannya mengatur irama kelas dengan nuansa
berbhinneka. Sikap humanis sebagai sikap menghargai dan menempatkan seorang
peserta didik sebagai seorang yang harus beri harga tak ternilai. Setiap siswa
memiliki hak dan perlakuan yang sama serta mendapat kesempatan yang sama untuk
menikmati pendidikan. Perilaku berbhinneka dapat diasah dengan selalu
menghargai beragam warna perbedaan latar belakang peserta didik. Perbedaan
bukan lagi penghalang atau sekat untuk menyatukan keanekaragaman tapi
memperkaya identitas kelas. Guru berwawasan bhinneka akan selalu belajar memperkaya
diri dengan wawasan multikultural kebangsaan Indonesia.
Pendidikan
yang diharapkan mendukung kehadiran kelas pelangi adalah pendidikan yang mampu
membentuk manusia mandiri yang berpengetahuan dan memiliki etika serta
mempunyai keterampilan hidup yang menjadi karakter bangsa. Melalui pendidikan
karakter bangsa Indonesia akan terbentuk manusia yang tangguh dan
berkepribadian, memiliki toleransi yang tinggi menjunjung nilai kebersamaan,
serta bertanggungjawab terhadap tugas, dan kehidupan sesamanya. Untuk
mewujudkan tujuan mulia tersebut kehadiran guru humanis dengan sentuhan
karakter manusiawi dan memandang kebhinnekaan peserta didiknya sebagai sebuah
kekuatan dan keniscayaan.
Tidak ada komentar