Mempertajam Tulisan Lewat Sosiologi Sastra


Apa yang kita rasakan ketika membaca karya sastra? Hanya ada dua pilihan, karya tersebut hambar atau sebagai karya yang mengagumkan. Hambar ketika karya yang kita baca tidak memberika greget untuk hanyut dalam cerita yang dipaparkan. Mengagumkan bila pembaca menjadi larut dan melebur dalam alur cerita yang disajikan. Penulis yakin karya-karya sastra yang mampu menggetarkan hati pembaca karena sadar atau tidak sadar menggunakan pendekatan beragam kajian keilmuan dalam merangkaikan ceritanya. Ketika kita membaca novel-novel Pramudya, Andrea Hirata, Kang Abik terasa begitu kuat rangkaian jalinan tokoh dengan setting waktu, masyarakat, dan tempat terjalinnya cerita. Beberapa karya sastra Riau yang penulis dapat sebut seperti Bulang Cahaya (Rida K. Liamsi) dan karya-karya Marhalim Zaini selalu hadir begitu kokohnya menampilkan masyarakat sebagai pewarna dalam cerita yang dijalin.
Sastra hadir di tengah kita bukan sekedar tulisan indah yang merangkai sebuah kisah tapi sastra merupakan pencerminan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat. Senada dengan pernyataan diatas, Sapardi Joko Damono mengungkapkan bahwa sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial.
Kenyataan sosial dalam masyarakat secara keilmuan dikaji dalam ilmu Sosiologi. Sosiologi merupakan sebuah kajian keilmuan yang membahas tentang lembaga dan proses sosial manusia yang objektif dan ilmiah dalam masyarakat. Pembahasan material dari kajian dalam sosiologi mampu berperan mempertajam muatan-muatan cerita bila didekatkan dengan sastra. Maka lahirlah apa yang dikenal dengan sosiologi sastra. Konsep-konsep sosiologi seperti interaksi, perilaku menyimpang, konflik dapat menjadi pisau analisis yang tajam untuk menampilkan konflik dan penokohan dalam cerita. Tulisan yang dihasilkan dengan menggunakan bahan baku sosiologi dapat dipastikan karya yang dihasilkan akan memiliki bobot. Salah satu ciri menikmati karya sastra karena hadirnya beragam masalah dan konflik. Sosiologi menawarkan beragam permasalahan sosial yang dapat dijadikan bahan tulisan dan beragam konflik menarik yang dapat dijadikan ide sebuah cerita. Seorang penulis juga memerlukan setting masyarakat untuk memperkaya detil sebuah cerita. Sosiologi memberikan karakter masyarakat sebagai suatu setting yang matang dalam sebuah cerita. Penulis cerita perlu memperhatikan dan mempelajari karakter masyarakat untuk menguatkan penokohan dalam cerita. Realita masyarakat yang selalu menampilkan karakter hitam dan karakter putih perlu dipertajam penulis untuk memberikan ciri kuat dalam menampilkan tokoh baik atau buruk.
Dengan kata lain, Sosiologi dapat memberi penjelasan yang bermanfaat tentang sastra, dan bahkan dapat dikatakan bahwa tanpa sosiologi, pemahaman kita tentang sastra belum lengkap.

Tidak ada komentar